* A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z | Latest poems | Random poems | Poets | Submit poem

Selendang Sulaiman

Diam-Diam

Diam-diam aku
Menulis setetes air bening
di ujung alismu
Di kedua bola mataku

Diam-diam aku tahu
Pura-pura tak peduli
Kau melirik ujung rambutku
Dan kuintip senyummu dalam hati
Diam-diam dirimu
Menanam duri-duri kecil
Dengan alis dan tatapmu di mataku

Diam-diam kau berteduh
Pura-pura tak merasakan adaku
Kau merawat duri
Aku menikmati
Kau membuat perih
Aku tersenyum
Diam-diam tak acuh

[...] Read more

poem by Selendang SulaimanReport problemRelated quotes
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Share

Pun Pelabuhan Bersaksi

: Annellis

Kedip matamu yang terakhir menjatuhkan ingatan
Pada pertemuan yang ragu antara hidupmu dan kenangan
Kau tabah menyimpan rindu dan menampung air mata
Menjadi oase di hatimu di tengah semenanjung harapan
Seluas impian masa kanak-kanakmu berdamping mesra
Di meja makan bersama keluarga

Sedih pilu tak risau kau jalani sebagai serangkai kenyataan
Yang redup redam dalam cerita-cerita gadis sengsara
Tentu tak lebih dari pengalaman seorang Nyai
Yang mengandung-membesarkanmu

Kini, tubuh sintalmu lemah melangkah
Melepas nasib di bawah tangga
Biru matamu sayu menatap kalah
Tanpa bayang-bayang remang kemenangan
Namun gentar kau menantang luas lautan
Yang berbadai

[...] Read more

poem by Selendang SulaimanReport problemRelated quotes
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Share

Wajah Pagi di Wajahmu yang Malam Memancar Cahaya Malammu di Wajah Pagi

Sudah berapa banyak angka dari kalender
Merawat nyeri dari luka paragraf soliloqui
Pada bangunan yang dipurbakan
Setiap jeda waktu terteriak di mulutmu
Serupa dengung tawon dalam hutan
Deru suaramu meruwat perjalanan ngilu

Ngilu: Kau ceritakan lagi pagi ini
Seperti pagi yang lalu tanpa ingata
Mungkin di pagi yang lain, insomniamu
Dan kamu akan datang lagi, ceritakan nyeri
Pada kematian di hamparan panggung teater lengang
Lalu tegang di wajahmu
Lalu tenang seolah-olah
Pada bait-bait puisi
Yang kau sesalkan sebelum tidur
Lalu mimpi buruk melumat sesal
Sembunyikan ketakutan di bibirmu

Bibirmu: Cerita ngilu di sebuah pagi

[...] Read more

poem by Selendang SulaimanReport problemRelated quotes
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Share

Puisi Sembilan Tabiat Cinta

Sembilan Tabiat Cinta


I.
Musim-musim hampiri cintaku. Padamu tak sempat kutitip rindu. Hujan pergi tinggalkan basah daunan. Aroma kembang menyemerbak ke udara. Tak ada wangi cintaku di sana. Segersang rindu di matamu akan diriku. Dahaga sepi dan nyerinya tertahan di atas sebidang dadaku. Resah bibirmu, terlampau suram kujamah warnanya. Apa kau tak mendengar degup musim menghujam jantung cintaku. Di sana rindu membiru di bibir waktu. Sebiru resahmu.

II.
Aku tulis tabiat cinta ini dengan ingatan terpenggal musim hujan. Terkambang bah di sungai coklat, terapung di selat kecil ditinggalkan para pengumpul pasir. Tak ada sauh tak ada jangkar untuk kulempar biar perahu waktu berhenti. Sebab laju perahu, nyeri gelombang lautan yang menderita di jantungku. Maka kutulis tabiat cinta ini atas nama rasa yang kurasa kesejukannya setiap embun jatuh seperti matamu menatapku.

III.
Aku mencintaimu bukan tanpa perhitungan, meski belum sepenuhnya tepat waktu. Tetapi aku tidak tergesa-gesa. Itulah sebabnya cintaku mengalir tenang. Serupa capung-capung senjahari terbang di atas hamparan padi menguning.

IV.
Cintaku hidup dari udara pagi di lembah-lembah, sawah dan ladang. Berhembus ke samudra mencipta awan. hujan deras adalah kesetiaanku padamu. Kesetiaan musim pada kesejukan. Dan apabila badai dan banjir datang itulah cemburu batinku yang sialan. Apa kau tak merasa ada kehidupan diantara jarak kita memandang?

V.
Kepadamu aku mencari kekuatan hidup dengan segala kesadaran dan fitrah kemanusiaan. Lalu cinta kubangkitkan di dalamnya dengan tangan-tangan api dan air. Hawa panas dan dingin adalah nafasku. Apa kau tak merasa hembusnya kekasih?

VI.
Tak ada kuasa untuk cinta. Jika ketakutan hadir sebab cemburu. Aku bicara dari lubuk bumi. Meski tak ada pohon bicara. Engkaulah maha pendengar kata-kata yang menjelma dedaunan dan reranting subur. Aku tersiksa oleh cinta. Kau tentu tak sudi mengurai air mata, ketika luka batinku menjeritkan nyeri letusan berapi. Tetapi, biarlah lahar panas menyulap rinduku.

[...] Read more

poem by Selendang SulaimanReport problemRelated quotes
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Share
 

Search


Recent searches | Top searches